TIDAK HERAN KALAU BANYAK MASALAH HADIR DALAM HIDUP INI
Sedari kecil baik di rumah dan di sekolah kita diajari bagaimana untuk mencapai, meraih , menggenggam.
Kita terdoktrin bahwa untuk bahagia kita perlu mencapai kondisi tertentu.
Tak henti-hentinya Kita mengasah tangan kita untuk mengepal erat, wajarlah bila hidup kita semakin tegang setiap harinya.
Tangan yang tergenggam erat bersahabat dengan ketegangan, tangan itu tak bisa menerima apalagi memberi.
Kita semua sudah S3 dalam ilmu menggapai dan menggenggam namun masih tergolong TK dalam ilmu melepas, berserah dan menerima.
Tidaklah mengherankan begitu banyak masalah hadir di ruang hati ini akibat ketidak-seimbangan ini.
Kita sangat perlu menyadari bahwa kita semua terkondisi. Dari lingkungan tertentu kita tumbuh, disana kita belajar lalu meyakini apa yang kita anggap benar dan menggenggamnya sebagai kebenaran.
Kita menganggap orang lain salah bukan karena realitas yang ada melainkan kita terlekat pada konsep benar salah yang kita miliki.
Sudah saatnya kita meninggalkan kebiasaan untuk menilai apalagi menghakimi seseorang baik dan buruk, kita perlu mengembangkan sayap pengertian untuk terbang melewati wilayah hitam dan putih.
Semua cekcok baik pertemanan, rumah tangga, bisnis, diawali karena keringnya pengertian.
Benturan terjadi karena kita menggunakan dan memaksakan kata "seharusnya".
Banyak yang memilih lepas dari pertalian persahabatan, bercerai dari pernikahan suci namun masih menggenggam kebencian.
Kita mungkin lupa atau tidak tahu bahwa yang perlu dilepas adalah keras dan kakunya hati ini. Sikap menyalahkan orang lain adalah sebuah indikasi terang atas keringnya pengertian diri pada orang lain.
Kita perlu mengerti dahulu mengapa teman atau pasangan kita bertindak seperti itu.
Dari dasar pemahaman yang tidak menyalahkan itulah kita mengembangkan dialog.
Orang yang berbeda pemikiran juga tingkah laku akan membuat kita kaya akan pengertian, mereka adalah Guru yang melatih meningkatkan kesadaran diri, sayang bila kita melewatkan pelajaran berharga ini.
Teringatku diawal-awal hari ku hijrah ke ubud, sebuah pesan terpampang di sebuah toko kecil yang tak pernah ku lupa walau sepuluh tahun telah berlalu.
In the end, what matters most are ...
How well did you live,
How well did you love
And how well did you learn to let go ...
_/|\_
Komentar
Posting Komentar