Nuntut UMK sambil nunggangin Moge

Batam (25/12/2015) - #KPOnline. Ramai media massa baik cetak maupun online mengkritisi demonstrasi buruh, sisi paradox nya sengaja diangkat dengan tajuk yang bombastis agar menarik untuk dibaca. seperti dikutip dari media Online Merdeka.com:
"Ihwal tunggangan moge Ninja yang memiliki mesin dua silinder itu, diakuinya bahwa motor itu memang miliknya. Tahun lalu dia membeli motor sport berwarna hitam itu Rp 59 juta. Dia mengaku jika mengandalkan gajinya tidak akan terbeli.
Sahyo adalah pensiunan TNI dan sudah 12 tahun menjadi petugas keamanan di PT Sanbe Farma. "Kalau gaji ya enggak cukup. Tapi saya ada usaha sampingan juga, sambil wiraswasta," terangnya yang memang hobi touring tersebut."
Sementara itu Presiden Buruh FSPMI-KSPI Said Iqbal memberikan penilaiannya dalam sebuah bukunya, "Kalaupun buruh bisa membeli motor, pasti itu dibeli dengan system kredit.
Ada yang mengatakan, “Bung Iqbal, buruh sudah punya motor Ninja. Mengapa masih saja dibilang miskin?”
Tahukah anda, buruh yang bisa memiliki motor Ninja itu berapa jam bekerja dalam sehari? Sehari dia bekerja hingga 12 jam untuk lembur. Sementara itu, di rumah, istrinya membantu perekonomian keluarga dengan membuka warung. Bandingkan dengan orang-orang kaya itu yang hanya bekerja beberapa jam, tetapi bisa memiliki segalanya. Sedangkan buruh yang bekerja 12 jam ditambah istrinya di rumah berjualan, baru bisa kredit motor Ninja, itu pun sudah dipermasalahkan. Ini tidak adil, sebagai pemimpin buruh saya berpendapat, jangankan membeli motor Ninja. Jika perlu, buruh harus bisa membeli mobil dan memiliki rumah yang layak.
Apa yang salah kalau buruh kemudian bisa hidup layak? Apakah buruh selamanya harus hidup pas-pasan? Apakah buruh harus terus-menerus tinggal di kontrakan sempit yang berhimpit?
Baru bisa kredit motor Ninja saja dipermasalahkan. Sementera kalian tidak permah mempermasalahkan, para pengusaha hitam itu kaya raya dari mana? Uang siapa yang dipakainya dari bank-bank yang dia pinjam sebagai modal usaha? (kutipan “Gagasan Besar Serikat Buruh” oleh Said Iqbal).

Komentar

Postingan Populer