Puncak Bogor saksi Semangat baru Tim Media FSPMI
Bogor (14/10/2015) - #KPOnline. Rakernas Pertama Tim Media FSPMI yang dilaksanakan di Training Center Puncak Cisarua Bogor dihadiri Jurnalis Buruh dari Aceh, Kepulauan Riau, Gorontalo, Sumatera Utara, Purwakarta, Tangerang, Jakarta, Bogor dan Bekasi.
Sangat menarik saat membahas Koran Perjuangan Edisi Cetak ternyata banyak masalah yang dihadapi crew Koran Perjuangan Cetak. Masalah kendala distribusi hingga kendala pembayaran yang macet hingga berjumlah 90 jutaan.
Menjadi menarik karena rupanya cita cita awal tentang media propaganda buruh yang seharusnya menjadi konsumsi anggota FSPMI dirasakan sangat minim peminat untuk dijadikan konsumsi bacaan kaum buruh.
Peranan struktural yang tidak peduli dengan tagihan Koran Perjuangan di setiap daerah adalah kelemahan utama, disamping keterbukaan anggaran yang dirasakan kurang transparan.
Setiap pembayaran sangat sulit untuk melakukan kontrol karena langsung dikirimkan ke pusat melalui satu nomor rekening, sementara laporan pembayaran tidak dapat ditelusuri karena laporan transfer ke dalam rekening tidak diberikan secara terbuka. Tiba tiba perangkat daerah mendapatkan laporan tentang pembayaran macet.
Sungguh disayangkan, ketika ke manajemen masing masing puk para aktivis selalu minta transparansi tetapi di internal sendiri hal tersebut tidak didapatkan.
Hal kedua yang akan direkomendasikan kepada DPP adalah tidak adanya SOP yang baku terkait jalur dan teknis yang seragam untuk seluruh wilayah menyangkut distribusi dan pembayaran, serta tidak jelasnya PIC yang bertanggung jawab mengenai. Hal tersebut di setiap daerah.
Tetapi dibalik semua permasalahan di rakernas ini semua peserta mendapatkan satu semangat visi perbaikan Tim Media kedepan.
Bravo Tim Media FSPMI.
Sangat menarik saat membahas Koran Perjuangan Edisi Cetak ternyata banyak masalah yang dihadapi crew Koran Perjuangan Cetak. Masalah kendala distribusi hingga kendala pembayaran yang macet hingga berjumlah 90 jutaan.
Menjadi menarik karena rupanya cita cita awal tentang media propaganda buruh yang seharusnya menjadi konsumsi anggota FSPMI dirasakan sangat minim peminat untuk dijadikan konsumsi bacaan kaum buruh.
Peranan struktural yang tidak peduli dengan tagihan Koran Perjuangan di setiap daerah adalah kelemahan utama, disamping keterbukaan anggaran yang dirasakan kurang transparan.
Setiap pembayaran sangat sulit untuk melakukan kontrol karena langsung dikirimkan ke pusat melalui satu nomor rekening, sementara laporan pembayaran tidak dapat ditelusuri karena laporan transfer ke dalam rekening tidak diberikan secara terbuka. Tiba tiba perangkat daerah mendapatkan laporan tentang pembayaran macet.
Sungguh disayangkan, ketika ke manajemen masing masing puk para aktivis selalu minta transparansi tetapi di internal sendiri hal tersebut tidak didapatkan.
Hal kedua yang akan direkomendasikan kepada DPP adalah tidak adanya SOP yang baku terkait jalur dan teknis yang seragam untuk seluruh wilayah menyangkut distribusi dan pembayaran, serta tidak jelasnya PIC yang bertanggung jawab mengenai. Hal tersebut di setiap daerah.
Tetapi dibalik semua permasalahan di rakernas ini semua peserta mendapatkan satu semangat visi perbaikan Tim Media kedepan.
Bravo Tim Media FSPMI.
Komentar
Posting Komentar