Rupiah Melemah??? ... Tenaaang.
Sementara mayoritas rakyat Indonesia menikmati liburan Lebaran, kurs Rupiah pekan lalu terperosok lagi dan ditutup pada 13,605 per Dolar AS di hari Jumat. Sekali lagi, Rupiah mencatat rekor level terlemah sejak masa krisis 97/98. Serangkaian kabar dari Amerika Serikat memperkuat keyakinan pasar bahwa suku bunga the Fed AS akan dinaikkan dalam tahun ini, dan hal itu membuat Dolar AS menguat di hampir semua pasar finansial Dunia. Sebaliknya, kebijakan terbaru pemerintah Indonesia terkait bea impor ditanggapi negatif oleh pasar. Data-data ekonomi Indonesia pun belum menunjukkan perbaikan.
Keputusan Pemerintah untuk menaikkan bea impor atas barang-barang konsumsi yang dimaksudkan untuk mendorong konsumsi produksi dalam negeri diduga tidak akan menunjang pertumbuhan industri dalam negeri dan malah bisa mendorong inflasi makin tinggi. Masalah utama yang dihadapi industri dalam negeri adalah terus meningkatnya biaya produksi dan masalah-masalah birokrasi yang hingga kini masih berlanjut dan tidak bisa diselesaikan oleh kenaikan bea impor. Di sisi lain, dalam beberapa kelompok produk konsumsi, industri Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhan domestik dan masih mengandalkan impor.
Data-data yang dirilis Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik sebelum libur Lebaran menunjukkan kondisi ekonomi yang masih berada dalam kisaran ekspektasi. Dewan Gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pada level 7.5% dengan bauran kebijakan yang tetap diarahkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi. Sementara itu, BPS melaporkan neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus yang lebih rendah pada bulan Juni 2015, dengan ekspor dan impor sama-sama masih terus menurun secara year-on-year.
Menurut laporan BPS tanggal 15 Juli 2015, pada periode Juni 2015 tercatat surplus dagang sebesar 477.7juta Dolar AS, atau lebih rendah dibanding surplus periode sebelumnya yang mencapai 1076.6juta Dolar AS. Dalam laporan yang sama juga terungkap bahwa ekspor merosot -12.78% (yoy) dan impor anjlok -17.42% (yoy). Kedua rilisan ini sesuai dengan perkiraan sebelumnya, dan mengindikasikan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi masih terus berlangsung.
Di pekan yang sama, testimoni ketua the Fed Janet Yellen di depan Kongres AS memperkuat optimisme bahwa pemulihan kondisi ekonomi AS berada dalam jalur yang mulus menuju kenaikan suku bunga. Testimoni itu didukung lebih lanjut olehbagusnya data perumahan dan membaiknya data ketenagakerjaan negeri Paman Sam yang dirilis beberapa hari kemudian. Faktor-faktor tersebut mendorong apresiasi Dolar AS sembari menekan harga-harga komoditas, khususnya Emas dan Minyak, serta melemahkan nilai tukar mata uang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Fundamental Minggu Ini
Kekuatan reli Dolar AS agak mengendur awal pekan ini, tetapi Rupiah masih tertekan. Pagi ini (27/7), kurs Rupiah dibuka menguat pada 13,569 per Dolar AS. Namun, masih dipertanyakan apakah Rupiah akan mampu mempertahankan penguatannya ataukah harus "di-bailout" dengan intervensi oleh BI karena fokus pasar masih berpusat pada suku bunga The Fed.
Para pelaku pasar pekan ini akan kembali memantau perkembangan di Amerika Serikat. Otoritas moneter AS, the Fed, akan kembali mengadakan rapat yang membahas suku bunga dengan pengumuman dilakukan pada hari Kamis dini hari. Disamping itu, sejumlah data ekonomi berpengaruh moderat-tinggi juga akan dirilis dari kawasan itu, yang mana bisa mempengaruhi proyeksi kenaikan suku bunga dalam penilaian pelaku pasar sekaligus kekuatan Dolar AS.
Prediksi Kurs Rupiah Minggu Ini
Persimpangan antara EMA-20 dengan EMA-100 ke arah atas yang terdeteksi pada 14 Juli 2015 lalu ternyata memang menandai kenaikan USD/IDR, atau dengan kata lain, melemahnya Rupiah. Namun sejak saat itu, pergerakan harga telah membentuk level-level support dan resisten baru yang lebih tajam dan menampilkan profil volatilitas Rupiah yang lebih tinggi.
Chart USD/IDR dengan indikator EMA-20, EMA-60, EMA-100, Fibonacci Retracement, dan MACD
(klik gambar untuk memperbesar)
(klik gambar untuk memperbesar)
Dilihat dari kondisi MACD, Rupiah sudah kelewat oversold dan memiliki peluang untuk menguat dalam beberapa hari mendatang. Dalam hal ini, rilis data-data ekonomi AS bisa dijadikan alasan oleh spekulan untuk profit-taking. Namun demikian, secara fundamental belum ada pendukung yang cukup kokoh untuk memicu penguatan Rupiah secara signifikan, sehingga penguatan diperkirakan akan berlangsung terbatas. Pergerakan Rupiah dalam sepekan mendatang kemungkinan akan berada diantara 13,367 hingga 13,654 per Dolar AS.
Komentar
Posting Komentar